BAB V
KEMISKINAN DAN KESENJANGAN
- Kemiskinan dan konsep
kemiskinan
Kemiskinan
merupakan
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan memperbaiki keadaan.
Kemiskinan dapat diartikan secara lebih luas dengan menambahkan faktor faktor
lain seperti faktor sosial dan moral. Secara konvensional, kemiskinan dapat
diartikan sebagai suatu keadaan individu atau masyarakat yang berada di bawah
garis tertentu. Secara umum pengertian dari kemiskinan sangat beragam,
tergantung dasar pemikiran dan cara pandang seseorang. Namun kemiskinan identik
dengan ketidakmampuan sekelompok masyarakat yang terhadap sistem yang
diterapkan oleh suatu pemerintah sehingga mereka berada pada posisi yang sangat
lemah dan tereksploitas(kemiskinan struktural).
Kemiskinan juga dapat
didefinisikan menurut dua pendekatan. Kemiskinan absolut dan kemiskinan
relatif. Kemiskinan absolut diukur dengan suatu standart tertentu, sementara
kemiskinan relatif bersifat kondisional, biasanya membandingkan
pendapatan sekelompok orang dengan pendapatan kelompok lain. Sedang kemiskinan
absolut adalah sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber daya yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Mereka hidup di bawah tingkat pendapatan
riil minimum tertentu- atau mereka berada di bawah garis kemiskinan
internasional.
Kemiskinan menurut Edi
Suharto dalam Abdul Hakim (2002:219) adalah ketidaksamaan kesempatan untuk
mengakumulasi basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi:
1. Sumber keuangan (mata
pencaharian, kredit, modal)
2. Modal produktif atau asset
(tanah, perumahan, kesehatan, alat produksi)
3. Jaringan sosial untuk
memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa.
4. Organisasi sosial dan
politik yang digunakan untuk mencapai kepentingan bersama.
5. Informasi yang berguna
untuk kemajuan hidup.
6. Pengetahuan dan
keterampilan.
Konsep Kemiskinan
Kemiskinan merupakan
masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah masyarakat. Kemiskinan sebagai
fenomena sosial yang telah lama ada, berkembang sejalan dengan peradaban
manusia. Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan
terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga seringkali makin tertinggal
jauh dari masyarakat lain yang memiliki potensi tinggi. Substansi kemiskinan
adalah kondisi deprevasi tehadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar yang
berupa sandang, pangan, papan, dan pendidikan dasar (Sudibyo, 1995:11).
Kemiskinan juga sering
disandingkan dengan kesenjangan, karena masalah kesenjangan mempunyai kaitan
erat dengan masalah kemiskinan. Substansi kesenjangan adalah ketidakmerataan
akses terhadap sumber daya ekonomi. Sudibyo (1995:11) mengatakan bahwa “apabila
berbicara mengenai kemiskinan maka kemiskinan dinilai secara mutlak, sedangkan
penilaian terhadap kesenjangan digunakan secara relatif”. Dalam suatu
masyarakat mungkin tidak ada yang miskin, tapi kesenjangan masih dapat terjadi
di dalam masyarakat tersebut.
Sebagian besar dari
penduduk miskin ini tinggal diperdesaan dengan mata pencaharian pokok
dibidang-bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang erat hubungannya
dengan sektor ekonomi tradisional tersebut. Permasalahan tersebut menyiratkan
adanya ketidakmerataan dan kesenjangan antara perdesaan dan perkotaan.
- GARIS KEMISKINAN
Garis kemiskinan atau
batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi
untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam
praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan
juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada di negara
berkembang.
Hampir setiap masyarakat
memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan berguna sebagai
perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat miskin dan
mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program
peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi
kemiskinan.
Garis kemiskinan
menunjukkan jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
pokok minimum makanan yang setara dengan 2100 kilokalori per kapita per hari
dan kebutuhan pokok bukan makanan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
konsumsi per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai
penduduk miskin.
- PENYEBAB DAN DAMPAK KEMISKINAN
Secara umum, penyebab kemiskinan
dapat dibagi kedalam empat mazhab (Spicker, 2002),yaitu: Pertama, Individual
explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan cenderung diakibatkan oleh
karakteristik orang miskin itu sendiri. Karakteristik yang dimaksud seperti
malas dan kurang sungguh-sungguh dalam segala hal, termasuk dalam bekerja.
Kedua, Familial explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan lebih
disebabkan oleh faktor keturunan. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah
telah membawa dia kedalam kemiskinan. Akibatnya ia juga tidak mampu memberikan
pendidikan yang layak kepada anaknya, sehingga anaknya juga akan jatuh pada
kemiskinan.
Demikian secara terus
menerus dan turun temurun. Ketiga, Subcultural explanation, menurut mazhab ini
bahwa kemiskinan dapat disebabkan oleh kultur, kebiasaan, adat-istiadat, atau
akibat karakteristik perilaku lingkungan. Misalnya,kebiasaan yang bekerja
adalah kaum perempuan, kebiasaan yang enggan untuk bekerja kerasdan menerima
apa adanya, keyakinan bahwa mengabdi kepada para raja atau orang terhormat
meski tidak diberi bayaran dan berakibat pada kemiskinan. Keempat, Structural
explanations, mazhab ini menganggap bahwa kemiskinan timbul akibat dari
ketidakseimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat, kebijakan,
dan aturan lain menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja, sekolah dan lainnya
hingga menimbulkan kemiskinan di antara mereka yang statusnya rendah dan haknya
terbatas.
Kemiskinan telah
memberikan dampak yang luas terhadap kehidupan, bukan hanya kehidupan pribadi
mereka yang miskin, tetapi juga bagi orang-orang yang tidak tergolong miskin.
Kemiskinan bukan hanya menjadi beban pribadi, tetapi juga menjadi beban dan
tanggungjawab masyarakat, negara dan dunia untuk menanggulanginya. kemiskinan
juga disinyalir berdampak pada
berbagai penyakit sosial, kerusuhan, ketidak teraturan, bahkan dapat
menjatuhkan suatu pemerintahan, seperti kisahnya revolusi Perancis, kejatuhan
orde lama dan juga orde barudipicu oleh kemiskinan dan kesenjangan. Di sinilah
letak pentingnya peran pemerintah, yaitu memainkan perannya dalam hal
stabilitas,alokasi, dan distribusi. Pemerintah harus berpihak pada rakyat
karena satu dari beberapatugasnya dalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
- PERTUMBUHAN
KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
Pertumbuhan kesenjangan
Hubungan antara tingkat
kesenjangan pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan dengan
Kuznet Hypothesis. Hipotesis ini berawal dari pertumbuhan ekonomi (berasal dari
tingkat pendapatan yang rendah berasosiasi dalam suatu masyarakat agraris pada
tingkat awal) yang pada mulanya menaik pada tingkat kesenjangan pendapatan
rendah hingga pada suatu tingkat pertumbuhan tertentu selanjutnya kembali
menurun. Pemikiran tentang mekanisme yang terjadi pada phenomena “Kuznet”
bermula dari transfer yang berasal dari sektor tenaga kerja dengan
produktivitas rendah (dan tingkat kesenjangan pendapatannya rendah), ke sektor
yang mempunyai produktivitas tinggi (dan tingkat kesenjangan menengah).
Dengan adanya kesenjangan
antar sektor maka secara subtansial dapat menaikan kesenjangan diantara tenaga
kerja yang bekerja pada masing-masing sektor (Ferreira, 1999, 4). Versi dinamis
dari Kuznet Hypothesis, menyebutkan kan bahwa kecepatan pertumbuhan ekonomi
dalam beberapa tahun (dasawarsa) memberikan indikasi naiknya tingkat
kesenjangan pendapatan dengan memperhatikan initial level of income (Deininger
& Squire, 1996). Periode pertumbuhan ekonomi yang hampir merata sering
berasosiasi dengan kenaikan kesenjangan pendapatan yang menurun. Kemiskinan
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif
dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah
mapan.
- BEBERAPA INDIKATOR KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
Indikator Kesenjangan
Ada sejumlah cara untuk
mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang
dibagi ke dalam dua kelompok pendekatan, yakni axiomatic dan stochastic dominance.
Yang sering digunakan dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan
pertama dengan tiga alat ukur, yaitu the Generalized Entropy(GE), ukuran
Atkinson,dan KoefisienGini.
Yang paling sering dipakai
adalah koefisien gini. Nilai koefisien gini berada pada selang 0-1 yaitu:
·
Bila
0 : kemerataan sempurna (setiap orang mendapat porsi yang sama daripendapatan)
·
Bila
1 : ketidak merataan yang sempurna dalam pembagian pendapatan.
Ide dasar dari perhitungan koefisien gini berasal dari Kurva Lorenz. Semakin tinggi nilai rasio gini, yakni mendekati 1 atau semakin jauh kurva lorenz dari garis 45 derajat tersebut, semakin besar tingkat ketida kmerataan distribusi pendapatan.
Ide dasar dari perhitungan koefisien gini berasal dari Kurva Lorenz. Semakin tinggi nilai rasio gini, yakni mendekati 1 atau semakin jauh kurva lorenz dari garis 45 derajat tersebut, semakin besar tingkat ketida kmerataan distribusi pendapatan.
Ketimpangan
dikatakan sangat tinggi apabilai nilai koefisien gini berkisar
antara 0,71-1,0. Ketimpangan dikatakan tinggi dengan nilai koefisien gini
0,5-0,7. Ketimpangan dikatakan sedang dengan nilai koefisien gini antara
0,36-0,49. Ketimpangan dikatakan rendah dengan nilai koefisien gini
antara 0,2-0,35.
Selain alat ukur diatas,
cara pengukuran lainnya yang juga umum digunakan, terutama oleh
Bank Dunia adalah dengan cara jumlah penduduk dikelompokkan menjadi tiga
group :
·
40%penduduk
dengan pendapatan rendah,
·
40%penduduk
dengan pendapatan menengah,
·
20%penduduk
dengan pendapatan tinggi dari jumlah penduduk.
Selanjutnya, ketidak
merataan pendapatan diukur berdasarkan pendapatan yang dinikmati
oleh 40% penduduk dengan pendapatan rendah. Menurut kriteria Bank
Dunia, tingkat ketidak merataan dalam distribusi yaitu pendapatan dinyatakan tinggi,
apabila 40% penduduk dari kelompok berpendapatan rendah menerima lebih kecil
dari 12% dari jumlah pendapatan. Tingkat ketidak merataan sedang, apabila
kelompok tersebut menerima 12% sampai 17% dari jumlah pendapatan. Sedangkan
ketidak merataan rendah, apabila kelompok tersebut menerima lebih besar dari
17% dari jumlah pendapatan.
Indikator Kemiskinan
Karena adanya perbedaan
lokasi dan standar kebutuhan hidup batas garis kemiskinan yang digunakan setiap
negara berbeda-beda. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari
besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi
kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan (BPS, 1994). Untuk
kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori per hari.
Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan
makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka
barang dan jasa. BPS menggunakan 2 macam pendekatan,yaitu:
1. Pendekatan kebutuhan dasar
(basic needs approach)
Basic Needs
Appoarch merupakan pendekatan yang sering digunakan. Dalam metode BPS,
kemiskinan dikonseptualisasikan sebagai ketidak mampuan untuk
memenuhikebutuhandasar.
2. Pendekatan Head Count
Index
Head Count
Index merupakan ukuran yang menggunakan kemiskinan absolut. Jumlah penduduk
miskin adalah jumlah penduduk yang berada di bawah batas yang disebut garis
kemiskinan, yang merupakan nilai rupiah dari kebutuhan minimum
makanan dan non makanan. Dengan demikian, garis kemiskinan terdiri dari 2
komponen, yaitu garis kemiskinan makanan (food line) dan garis kemiskinan
nonmakanan (nonfoodline).
- KEMISKINAN DI INDONESIA
Antara pertengahan tahun
1960-an sampai tahun 1996, waktu Indonesia berada dibawah kepemimpinan Pemerintahan
Orde Baru Suharto, tingkat kemiskinan di Indonesia menurun drastis -
baik di desa maupun di kota - karena pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat dan
adanya program-program penanggulangan kemiskinan yang efisien. Selama
pemerintahan Suharto angka penduduk Indonesia yang tinggal di bawah garis
kemiskinan menurun drastis, dari awalnya sekitar setengah dari jumlah
keseluruhan populasi penduduk Indonesia, sampai hanya sekitar 11 persen saja.
Namun, ketika pada tahun 1990-an Krisis
Finansial Asia terjadi, tingkat kemiskinan melejit tinggi, dari 11
persen menjadi 19.9 persen di akhir tahun 1998, yang berarti prestasi yang
sudah diraih Orde Baru hancur seketika. Tabel
berikut ini memperlihatkan angka kemiskinan di Indonesia, baik relatif maupun
absolut:
|
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
|
Kemiskinan Relatif
(% dari populasi) |
17.8
|
16.6
|
15.4
|
14.2
|
13.3
|
12.5
|
11.7
|
11.5
|
11.0
|
|
Kemiskinan Absolut
(dalam jutaan) |
39
|
37
|
35
|
33
|
31
|
30
|
29
|
29
|
28
|
|
Koefisien Gini/
Rasio Gini |
-
|
0.35
|
0.35
|
0.37
|
0.38
|
0.41
|
0.41
|
0.41
|
-
|
Tabel di atas menunjukkan
penurunan kemiskinan nasional secara perlahan. Namun, pemerintah Indonesia
menggunakan persyaratan dan kondisi yang tidak ketat mengenai definisi garis
kemiskinan, sehingga yang tampak adalah gambaran yang lebih positif dari
kenyataannya. Namun jika kita menggunakan nilai garis kemiskinan yang digunakan
Bank Dunia, yang mengklasifikasikan persentase penduduk Indonesia yang hidup
dengan penghasilan kurang dari USD $1.25 per hari sebagai mereka yang hidup di
bawah garis kemiskinan, maka persentase tabel di atas akan kelihatan tidak
akurat karena nilainya seperti dinaikkan beberapa persen. Lebih lanjut lagi,
menurut Bank Dunia, angka penduduk Indonesia yang hidup dengan penghasilan
kurang dari USD $2 per hari mencapai angka 50.6 persen dari jumlah penduduk
pada tahun 2009. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia hidup
hampir di bawah garis kemiskinan. Laporan lebih anyar lagi di media di
Indonesia menyatakan bahwa sekitar seperempat jumlah penduduk Indonesia
(sekitar 60 juta jiwa) hidup sedikit di atas garis kemiskinan.
Salah satu karakteristik
kemiskinan di Indonesia adalah perbedaan yang begitu besar antara nilai
kemiskinan relatif dan nilai kemiskinan absolut dalam hubungan dengan lokasi
geografis. Jika dalam pengertian absolut lebih dari setengah jumlah total
penduduk Indonesia yang hidup miskin berada di pulau Jawa (yang berlokasi di
bagian barat Indonesia dengan populasi padat), dalam pengertian relatif
propinsi-propinsi di Indonesia Timur menunjukkan nilai kemiskinan yang lebih
tinggi.
Tingkat kemiskinan di
propinsi-propinsi di Indonesia Timur ini, di mana sebagian besar penduduknya
adalah petani, kebanyakan ditemukan di wilayah pedesaan. Di daerah tersebut
masyarakat adat sudah lama hidup di pinggir proses dan program pembangunan.
Migrasi ke daerah perkotaan adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan
pekerjaan dan - dengan demikian - menghindari kemiskinan.
Stabilitas harga makanan
(khususnya beras)
adalah masalah penting bagi Indonesia sebagai negara yang penduduknya
menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk membeli beras. Oleh karena
itu, tekanan
inflasi harga beras (misalnya karena gagal panen) dapat memiliki
konsekuensi serius bagi mereka yang miskin atau hampir miskin dan secara
signifikan menaikkan persentase angka kemiskinan di negara ini.
Indonesia telah mengalami
proses urbanisai yang cepat dan pesat. Sejak pertengahan 1990-an jumlah absolut
penduduk pedesaan di Indonesia mulai menurun dan saat ini lebih dari setengah
total penduduk
Indonesia tinggal di wilayah perkotaan (20 tahun yang lalu sekitar
sepertiga populasi Indonesia tinggal di kota).
Kecuali beberapa propinsi,
wilayah pedesaan di Indonesia relatifnya lebih miskin dibanding wilayah
perkotaan. Angka kemiskinan pedesaan Indonesia (persentase penduduk pedesaan
yang hidup di bawah garis kemiskinan desa tingkat nasional) turun hingga
sekitar 20 persen di pertengahan 1990-an tetapi melonjak tinggi ketika Krisis
Finansial Asia (Krismon) terjadi antara tahun 1997 dan 1998, yang
mengakibatkan nilainya naik mencapai 26 persen. Setelah tahun 2006, terjadi
penurunan angka kemiskinan di pedesaan yang cukup signifikan.
- FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KEMISKINAN
1. Pengangguran
Semakin
banyak pengangguran, semakin banyak pula orang-orang miskin yang ada di
sekitar. Karena pengangguran atau orang yang menganggur tidak bisa mendapatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal kebutuhan setiap manusia
itu semakin hari semakin bertambah. Selain itu pengangguran juga menimbulkan
dampak yang merugikan bagi masyarakat, yaitu pengangguran dapat menjadikan
orang biasa menjadi pencuri, perampok, dan pengemis yang akan meresahkan
masyarakat sekitar.
2. Tingkat pendidikan yang rendah
Tidak adanya
keterampilan, ilmu pengetahuan, dan wawasan yang lebih, masyarakat tidak akan mampu memperbaiki
hidupnya menjadi lebih baik. Karena dengan pendidikan masyarakat bisa mengerti
dan memahami bagaimana cara untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
kehidupan manusia. Dengan belajar, orang yang semula tidak bisa menjadi bisa,
salah menjadi benar, dsb. Maka dengan tingkat pendidikan yang rendah masyarakat
akan dekat dengan kemiskinan.
3. Bencana Alam
Banjir,
tanah longsor, gunung meletus, dan tsunami menyebabkan gagalnya panen para
petani, sehingga tidak ada bahan makanan untuk dikonsumsi dan dijual kepada
penadah atau koperasi. Kesulitan bahan makanan dan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari tidak dapat terpenuhi.
- KEBIJAKAN ANTI KEMISKINAN
Untuk
menghilangkan atau mengurangi kemiskinan di tanah air diperlukan suatu strategi
dan bentuk intervensi yang tepat, dalam arti cost effectiveness-nya tinggi. Ada tiga pilar utama strategi
pengurangan kemiskinan, yakni :
1.
pertumuhan ekonomi yang berkelanjutan
dan yang prokemiskinan
2. Pemerintahan yang baik (good governance)
3. Pembangunan sosial
Untuk
mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang
sesuai dengan sasaran atau tujuan yang bila di bagi menurut waktu yaitu :
- Intervensi jangka pendek, terutama pembangunan sektor pertanian dan
ekonomi pedesaan
- Intervensi jangka menengah dan panjang
·
Pembangunan sektor swasta
·
Kerjasama regional
·
APBN dan administrasi
·
Desentralisasi
·
Pendidikan dan Kesehatan
·
Penyediaan air bersih dan
Pembangunan perkotaan
Soal dan Jawaban
1.
ketidaksamaan
kesempatan untuk mengakumulasi basis kekuasaan social kemiskinan menurut…
a.
Roro
Sri Purnomo
b.
Edi Suharto dan Abdul Hakim
c.
Adi
Suharta dan Hakim Abdul
d.
Abdul
Hakim
2. Kemiskinan secara umum
dapat di bagi menjadi...
a. 1 (satu)
b. 2 (dua)
c.
4 (empat)
d. 8 (delapan)
3. Untuk menentukan garis
kemiskinan kita dapat menggunakan rumus…
a.
GK = GKNM + GKM
b. GKM = GKNM + GK
c.
GK
= GKNM – GKM
d.
GKNM
= -GKM + GK
4. kecepatan pertumbuhan
ekonomi dalam beberapa tahun (dasawarsa) memberikan indikasi , merupakan versi
dinamis dari…
a.
Hypotesis
dinamis
b. Kuznet dinamis
c.
Hypotesis
kuznet
d.
Kuznet hypothesis
5. BPS ada 2 (dua ) macam ,
sebutkan…
a.
Pendekatan kebutuhan dasar dan pendekatan head count index
b. Pendekatan kebutuhan pokok
dan penjauhan kebutuhan pokok
c.
Pendekatan
kebutuhan dasar dan pendekatan kebutuhan pokok
d.
Pendekatan
head count index dan pendekatan kebutuhan pokok
BAB VI
PEMBANGUNAN
EKONOMI DAN OTONOMI DAERAH
A. Undang-Undang Otonomi Daerah
Reformasi yang bergulir
semenjak tahun 1998 membawa perubahan besar pada aspirasi daerah, kalau tadinya
pemerintah pusat memainkan peran vital dalam pembangunan daerah, sistem yang
sering disebut sebagai sentralistik, maka sedikit banyak reformasi telah
memberikan pengaruh pada daerah berupa tuntutan untuk melaksanakan otonomi
daerah secara lebih luas dan nyata. Beberapa aturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan pelaksanaan Otonomi Daerah:
- Undang-Undang
No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah
- Undang-Undang
No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
- Undang-Undang
No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah
- Undang-Undang
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
- Undang-Undang
No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah
- Perpu
No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah
- Undang-Undang
No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah
Ada beberapa alasan munculnya Undang-Undang
Otonomi Daerah:
§ Terjadinya krisis ekonomi
yang pada akhirnya memunculkan krisis multi dimensi
§ Isu disintegrasi yang
merebak di beberapa propinsi yang kaya Sumberdaya
§ UU No. 22/1999 tentang
Pemerintah Daerah dan UU No. 25/1999 tentang Perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah
Selain itu, berikut ini merupakan tujuan dari
beberapa pasal undang-undang:
·
UU
No. 22 Ã
untuk memberikan landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaran otonomi daerah
·
UU
No. 25 Ã
Memberdayakan dan meningkatkan kemampuan perekonomian daerah serta sistem
perimbangan keuangan yang baik antara pusat dan daerah
- PERUBAHAN PENERIMAAN
DAERAH DAN PERANAN PENDAPAT ASLI DAERAH
Pendapatan daerah: PAD,
bagi hasil pajak dan non pajak, pemberian dari pemerintah. Dalam UU No. 25 ada
tambahan pos penerimaan daerah yaitu dana perimbangan dari pemerintah pusat.
Beberapa dampak dari diberlakukannya UU No. 25 terhadap keuangan daerah adalah
:
·
Peranan
PAD dalam pembiayaan pembangunan ekonomi
(APBD) tidak terlalu besar. Hal ini mencerminkan tingginya tingkat
ketergantungan finansial daerah terhadap pemerintah pusat.
·
Ada
Korelasi positif antara daerah yang kaya SDA dan SDM dengan peranan PAD dalam APBD
·
Pada
tahun 1998/1999 terjadi penurunan PAD dalam pembentukan APBD-nya, salah satu penyebabnya
adalah krisis ekonomi yang melanda tanah air.
Berikut ini merupakan
dampak DAU dan Dana Bagi Hasil dan Dana Bagi Hasil Sumber daya alam:
a. Alokasi dana bagi hasil
SDA ditujukan untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah,
namun dalam kenyataannya masih terdapat kesenjangan keuangan pemerintah antar
daerah
b. Kesenjangan tersebut harus
dikoreksi dengan instrumen dana alokasi umum (DAU). Jadi tujuan DAU adalah
untuk mengurangi kesenjanganfiskal antar daerah.
c. Disamping itu tidak
tertutup kemungkinanancaman-ancaman akn terjadi juga, baik yang berasal dari
pesaing luar daerah dan luar negeri.
d. Dengan diberlakukannya
otonomi daerah, maka pengusaha daerah akan mendapatkan oppurtunity :
•
Bekerja
dengan biaya lebih murah dan mudah
•
Tata
Niaga Nasional tidak ada lagi à Distorsi dalam distribusi akan hilang
sehingga price competitiveness akan meningkat
•
Mengurangi
persaingan dengan perusahaan besar dengan lobi pusat à persaingan dilakukan
secara fair
•
Mencegah
adanya proyek-proyek yang datang dengan kontraktornya.
•
Kebijaksanaan
ekonomi yang sesuai dengan kelebihan daerah masing-masing.
- PEMBANGUNAN EKONOMI
REGIONAL DAERAH
Pembangunan ekonomi daerah
adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber
daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah
dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja. Dari aspek
ekonomi, daerah mempunyai tiga pengertian yaitu:
1. Suatu daerah dianggap
dimana sebagai ruang ekonomi kegiatan ekonomi dan di berbagai polosok ruang
tersebut terdapat sifat-sifat yang sama seperti sosial budayanya, geografisnya
dan sebagainya.
2. Suatu daerah dianggap
sebagai suatu ekonomi ruang yang di kuasai oleh satu atau beberapa pusat
kegiatan ekonomi. Dalam pengertian ini disebut sebagai daerah modal.
3. Suatu daerah adalah suatu
ekonomi ruang yang berbeda dibawah suatu administratif tertentu seperti
propinsi, kabupaten, kecamatan dan sebagainya yang kemudian dinamakan daerah
perencanaan atau daerah administratif.
Masalah pokok dalam
pembangunan ekonomi daerah terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan
pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan, dengan
menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik
secara lokal. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yaitu proses
yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan
industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk
menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, ilmu
pengetahuan dan pengembangan pertusahaan-perusahaan baru. Tujuan utama ekonomi
daerah/regional adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk
masyarakat daerah.
- FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB KETIMPANGAN
Menurut Sjafrizal (2012):
Beberapa
faktor utama yang menyebabkan terjadinya ketimpangan antar wilayah menurut
Sjafrizal (2012) yaitu :
1. Perbedaan kandungan sumber daya alam
1. Perbedaan kandungan sumber daya alam
Perbedaan
kandungan sumber daya alam akan mempengaruhi kegiatan produksi pada daerah
bersangkutan. Daerah dengan kandungan sumber daya alam cukup tinggi akan dapat
memproduksi barang-barang tertentu dengan biaya relatif murah dibandingkan
dengan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber daya alam lebih rendah.
2. Perbedaan kondisi demografis
Perbedaan
kondisi demografis meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan dan struktur
kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi
ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku dan kebiasaan serta etos kerja
yang dimiliki masyarakat daerah bersangkutan. Kondisi demografis akan
berpengaruh terhadap produktivitas kerja masyarakat setempat.
3. Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa
Mobilitas
barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi baik
yang disponsori pemerintah (transmigrasi) atau migrasi spontan. Alasannya
adalah apabila mobilitas kurang lancar maka kelebihan produksi suatu daerah
tidak dapat di jual ke daerah lain yang membutuhkan.
4. Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah
Pertumbuhan
ekonomi akan cenderung lebih cepat pada suatu daerah dimana konsentrasi
kegiatan ekonominya cukup besar. Kondisi inilah yang selanjutnya akan mendorong
proses pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan
tingkat pendapatan masyarakat.
5. Alokasi dana pembangunan antar wilayah
Alokasi dana
ini bisa berasal dari pemerintah maupun swasta. Pada sistem pemerintahan
otonomi maka dana pemerintah akan lebih banyak dialokasikan ke daerah sehingga
ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung lebih rendah. Investasi
akan cenderung lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah
pedesaan.
Menurut Adelman dan Morris (1973):
Menurut Adelman dan Morris (1973):
Adelman dan
Morris (1973) dalam Arsyad (2010) mengemukakan 8 faktor yang menyebabkan
ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara-negara sedang berkembang,
yaitu:
1. Pertambahan penduduk yang
tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan per kapita;
2. Inflasi di mana pendapatan
uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan
produksi barang-barang;
3. Ketidakmerataan pembangunan
antar daerah;
4. Investasi yang sangat
banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (capital intensive), sehingga
persentase pendapatan modal dari tambahan harta lebih besar dibandingkan dengan
persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran
bertambah;
5. Rendahnya mobilitas
sosial;
6. Pelaksanaan kebijaksanaan
industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan hargaharga barang hasil
industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis;
7. Memburuknya nilai tukar
(term of trade) bagi negara-negara sedang berkembang dalam perdagangan dengan
negara-negara maju, sebagai akibat ketidak elastisan permintaan negara-negara
terhadap barang ekspor negara-negara sedang berkembang; dan
8. Hancurnya
industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga,
dan lain-lain.
- PEMBANGUNAN INDONESIA
TIMUR
Pembangunan infrastruktur di Indonesia mengalami pasang
surut terutama saat Indonesia dilanda krisis ekonomi. Pembangunan infrastruktur
mengalami hambatan pembiayaan karena sampai sejauh ini, titik berat pembangunan
masih difokuskan pada investasi sektor-sektor yang dapat menghasilkan
perputaran uang (cash money) yang tinggi dengan argumentasi bahwa hal itu
diperlukan guna memulihkan perekonomian nasional.
Sedangkan pembangunan infrastruktur lebih difokuskan pada
usaha perbaikan dan pemeliharaan saja. Dengan demikian dewasa ini, pembangunan
infrastruktur kawasan timur Indonesia belum menjadi focus utama pembangunan.
Pada saat ini sudah hampir menjadi kesimpulan umum bahwa
infrastruktur adalah fundamental perekonomian Indonesia. Bahwa daerah atau
kawasan Indonesia Timur merupakan wilayah strategis guna membangkitkan potensi
nasional. Oleh karena itu hari ini adalah saat yang tepat guna meletakkan
kemauan bersama menyusun konsep pembangunan infrstruktur kawasan Timur
Indonesia yang bersumber pada kesadaran penguasaan teknologi dan keunggulan
sumberdaya daerah.
Cerminan pembangunan infrastruktur nasional adalah
pembangunan infrastruktur di tiap wilayah atau propinsi di Indonesia. Perkembangan
pembangunan infrastruktur di masing-masing pulau di Indonesia memperlihatkan
perbedaan yang cukup berarti. Dominasi pembangunan infrastruktur sangat
ditentukan oleh kondisi geograsfis dan demografis dari suatu wilayah.
Dominasi infrastruktur ini dapat mencerminkan pula tingkat
aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Perkembangan pembangunan infrastruktur
untuk masing-masing pulau yang ada di Indonesia. Hal ini pula yang menjadi
hambatan pembangunan infrastrukrur Kawasan Timur Indonesia.
Pada hal sejatinya jika Indonesia ingin percepatan mencapai
kemajuan maka pendekatan potensi atau potential approach yaitu potensi yang
mendorong tumbuhnya komoditas unggulan, hendaknya menjadi komintmen kuat
terhadap pembangunan infrstruktur kawasan timur Indonesia.
Bagaimana kita bisa mengembangkan sumber daya manusia yang
handal dan mampu bersaing secara global bila tingkat hiegenitas masih rendah.
Oleh karena itu akses terhadap air bersih perlu langkah prioritas pembangunan
infrastrukturnya.
Akhirnya kita juga mengerti akan pentingnya kesadaran
tentang pembangunan infrastruktur berkaitan dengan upaya strategis percepatan
pertumbuhan ekonomi, hendaknya secara nyata mengurangi hambatan birokratis di
semua lini baik pada tingkat pemerintah pusat maupun pada tingkat pemerintah
daerah dan pemerintah kabupaten.
- TEORI DAN ANALISIS
PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Perbedaan karakteristik
wilayah berarti perbedaan potensi yang dimiliki, sehingga membutuhkan perbedaan
kebijakan untuk setiap wilayah. Untuk menunjukkan adanya perbedaan potensi ini
maka dibentuklah zona-zona pengembangan ekonomi wilayah.
Zona Pengembangan Ekonomi
Daerah adalah pendekatan pengembangan ekonomi daerah dengan membagi habis
wilayah sebuah daerah berdasarkan potensi unggulan yang dimiliki, dalam satu daerah
dapat terdiri dari dua atau lebih zona dan sebuah zona dapat terdiri dari dua
atau lebih cluster. Setiap zona diberi nama sesuai dengan potensi unggulan yang
dimiliki, demikian pula pemberian nama untuk setiap cluster, misalnya : Zona
Pengembangan Sektor Pertanian yang terdiri dari Cluster Bawang Merah, Cluster
Semangka, Cluster Kacang Tanah, dst.
Zona pengembangan ekonomi
daerah (ZPED) adalah salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk membangun
ekonomi suatu daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat di masa depan.
Pola pembangunan ekonomi dengan pendekatan Zona Pengembangan Ekonomi Daerah
(ZPED), bertujuan:
1.
Membangun
setiap wilayah sesuai potensi yang menjadi keunggulan kompetitifnya/kompetensi
intinya.
2.
Menciptakan
proses pembangunan ekonomi lebih terstruktur, terarah dan berkesinambungan.
3. Memberikan peluang
pengembangan wilayah kecamatan dan desa sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
daerah.
Hal ini sejalan dengan
strategi pembangunan yang umumnya dikembangkan oleh para ahli ekonomi regional
dewasa ini. Para ahli sangat concern dengan ide pengembangan ekonomi yang
bersifat lokal, sehingga lahirlah berbagai Strategi Pembangunan Ekonomi Lokal
(Local Economic Development/LED).
Strategi ini terangkum
dalam berbagai teori dan analisis yang terkait dengan pembangunan ekonomi
lokal. Salah satu analisis yang relevan dengan strategi ini adalah Model
Pembangunan Tak Seimbang, yang dikemukakan oleh Hirscman :
“Jika kita
mengamati proses pembangunan yang terjadi antara dua priode waktu tertentu akan
tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan
laju yang berbeda, yang berarti pula bahwa pembangunan berjalan dengan baik
walaupun sektor berkembang dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor pemimpin
(leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Begitu pula
perkembangan di suatu industri tertentu akan merangsang perkembangan
industri-industri lain yang terkait dengan industri yang mengalami perkembangan
tersebut”.
Model pembangunan tak
seimbang menolak pemberlakuan sama pada setiap sektor yang mendukung
perkembangan ekonomi suatu wilayah. Model pembangunan ini mengharuskan adanya
konsentrasi pembangunan pada sektor yang menjadi unggulan (leading sector)
sehingga pada akhirnya akan merangsang perkembangan sektor lainnya.
Terdapat pula analisis
kompetensi inti (core competiton). Kompetensi inti dapat berupa produk barang
atau jasa yang andalan bagi suatu zona/kluster untuk membangun perekonomiannya.
Pengertian kompetensi inti menurut Hamel dan Prahalad (1995) adalah :
“Suatu
kumpulan kemampuan yang terintegrasi dari serangkaian sumberdaya dan perangkat
pendukungnya sebagai hasil dari proses akumulasi pembelajaran, yang akan
bermanfaat bagi keberhasilan bersaing suatu bisnis”.
Sedangan
menurut Reeve (1995) adalah :
“Aset yang memiliki keunikan yang tinggi, sulit ditiru, keunggulan daya
saing ditentukan oleh kemampuan yang unik, sehingga mampu membentuk suatu
kompetensi inti”.
Soal dan jawaban
1.
Pokok
– pokok pemerintahan di daerah merupakan undang –undang nomor…
a.
22
Tahun 1999
b. 25 Tahun 1999
c.
5 Tahun 1974
d.
32
Tahun 2004
2. suatu proses dimana pemerintah
daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada, merupakan pengertian dari…
a.
Pembangunan Ekonomi
b. Pemerintahan Ekonomi
c.
Masyarakat
Ekonomi
d.
Sumber
Ekonomi
3. Pertambahan penduduk yang
tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan per kapita, merupakan salah
satu dari 8 faktor yang menyebabkan ketidak merataan distribusi pendapataan di Negara
– Negara berkembang yang di kemukakan oleh…
a.
Menurut Sjafrizal (2012)
b. Zona pengembangan ekonomi
daerah (ZPED)
c.
Hamel
dan Prahalad (1995)
d.
Adelman dan Morris (1973)
4. solusi yang dapat
diterapkan untuk membangun ekonomi suatu daerah untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat di masa depan merupakan pengertian dari …
a.
LED
b.
ZPED
c.
ELD
d.
ZPE
5. Salah satu analisis yang
relevan dengan strategi ini adalah Model Pembangunan Tak Seimbang, pengertian
ini dikemukakan oleh …
a.
Thomas
A.
b. John W.
c.
Hirscman
d.
Michael
BAB VI
SEKTOR PERTANIAN
Sektor Pertanian, Perkebunan dan Perikanan
Dukungan pada Sektor Pertanian di
Indonesia - Dukungan Irigasi
Kurang
lebih 18% dari penduduk di Indonesia bekerja di sektor pertanian, sebagian
besar dalam skala sangat kecil. Oleh karena 2/3 dari penduduk miskin di negara
ini bekerja di sektor pertanian, maka kemajuan di sektor pertanian berpengaruh
pada bangkitnya industri yang berhubungan dan pada akhirnya bermanfaat bagi
pengurangan kemiskinan.
Setelah
Indonesia berhasil mencapai swa sembada pangan pada tahun 1984, tidak ada
kemajuan ekonomi yang berarti sampai tahun 1997, peningkatan produksi juga
terutama dititikberatkan pada pangan selain beras. Setelah krisis yang melanda
Asia pada tahun 1998, harga pupuk dan obat-obatan pertanian melonjak tinggi,
ditambah lagi dengan paceklik dan bencana alam, dan lain-lain sangat
mempengaruhi produktifitas beras. Sampai saat sekarangpun stabilitas pengadaan
beras masih bermasalah, maka akhir-akhir ini timbul kembali kesadaran terhadap
pentingnya menjaga produktifitas beras.
Irigasi di pulau Sumbawa propinsi
Nusa Tenggara Barat
Jepang,
melalui berbagai macam skemanya telah memberikan bantuan terhadap kemajuan di
sektor pertanian di Indonesia seperti pembenahan fondasi produksi pertanian,
tehnik produksi pertanian, strategi pertanian, penelitian dan pengembangan, dan
lain-lain. Oleh karena di Indonesia terdapat musim hujan dan kemarau, maka
ketersediaan air selama setahun menjadi hal yang krusial, pembenahan sistim
irigasi yang merupakan fondasi produksi pertanian, berpengaruh besar terhadap
naiknya produktifitas pertanian.
Bantuan
pembenahan sistim irigasi di Indonesia oleh Jepang, dilakukan melalui pinjaman
Yen. Sampai dengan tahun 2007, telah dilaksanakan 49 proyek pembenahan irigasi
dengan nilai bantuan sebesar 291,6 milyar Yen. Melalui proyek ini, irigasi pada
sawah seluas 370 ribu hektar telah berfungsi kembali. Bantuan ini dimulai pada
tahun 1970, melalui proyek perbaikan irigasi di delta sungai Brantas di
propinsi Jawa Timur, kemudian dilanjutkan dengan proyek kanalisasi sungai Ular
di propinsi Sumatera Utara(1971), berikutnya proyek Wai Jepara di propinsi
Lampung (1973), proyek sejenis ini banyak dilakukan di pulau Jawa dan Sumatera.
Memasuki era tahun 1980, dilaksanakan proyek irigasi di Riau Kanan, propinsi
Kalimantan Selatan (1984), proyek irigasi Langkeme di propinsi Sulawesi
Selatan(1985), dilanjutkan dengan proyek control irigasi skala kecil di
propinsi Nusa Tenggara Timur (1989), dan lain-lain.
Demikianlah,
diluar pulau Jawa dan Sumatrapun, proyek pembenahan irigasi ini telah
dilaksanakan. Saat ini, di pulau Jawa dan Sumatra, melalui skema pinjaman Yen,
sedang dilaksanakan proyek perbaikan dan pemeliharaan saluran irigasi yang
telah ada (Proyek rehabilitasi dan pemeliharaan), kemudian untuk wilayah timur
Indonesia seperti propinsi-propinsi di pulau Sulawesi, propinsi Nusa Tenggara
Barat, propinsi Nusa Tenggara Timur, dan lain-lain, sedang dilakukan pula
proyek pembangunan dan perbaikan fasilitas irigasi (Proyek manajemen irigasi
skala kecil).
Fasilitas irigasi di Langkeme
propinsi Sulawesi Selatan
Pada proyek
manajemen irigasi skala kecil, disamping pembenahan fasilitas irigasi, dibuat
juga koperasi yang mengatur aliran air agar dapat digunakan dengan lebih
efektif dan efisien, peningkatan kapabilitas pemerintah propinsi dan kabupaten,
dan juga penerapan teknik intensifikasi beras (SRI:System of Rice Intensification) proyek yang dilaksanakan
dengan kombinasi dari kegiatan ini berhasil meningkatkan produktifitas
pertanian dan juga penghasilan para petani. Di laporkan bahwa koperasi
penggunaan air yang bertugas menjaga fasilitas irigasi, berhasil menjalankan
organisasinya dan menghasilkan keuntungan, irigasinya juga dipelihara dengan
baik.
Dengan
memanfaatkan irigasi yang telah teratur sehingga pengairan dapat dilakukan
dengan sehemat mungkin (irigasi terpotong) SRI adalah sistim menanam dengan
menggunakan bibit padi lebih sedikit dari cara menanam biasa. Setelah dilakukan
perbandingan dengan wilayah yang menerapkan sistim penanaman biasa, penerapan
sistem SRI pada beberapa proyek percobaan telah membuktikan bahwa sistem SRI
dapat menaikkan produksi sebesar 84%, penggunaan air irigasi 40% lebih sedikit,
dengan biaya operasi 25% lebih rendah. Menurut survey terhadap petani yang
dilakukan di 5 propinsi yang menghasilkan keuntungan, didapat jawaban bahwa
setelah diterapkannya sistim ini, disamping produksi berasnya naik,
penghasilanpun bertambah, disamping itu, sebagian besar penghidupan petanipun
meningkat.
SOAL DAN
JAWABAN
1.
System menanam
dengan menggunakan Bibit Padi lebih sedikit dari cara menanam dengan Biasa
karena…
a.
SRA
b.
SRE
c.
SRI
d.
SRU
2. Indonesia sudah berhasil mencapai swa sembeda pangan pada
tahun…
a.
1994
b. 2004
c.
2014
d.
1984
3. Wilayah timur di Indonesia adalah…
a.
Provinsi – provinsi di pulau Sulawesi
dan provinsi NAD
b.
Provinsi – provinsi di
pulau Sulawesi , provinsi nusa tenggara barat dan provinsi nusa tenggara timur
c.
Salah semua
d.
A dan b benar
4. Di pulau manakah proyek pembenahan irigasi itu di laksanakan…
a.
Pulau jawa
b. Pulau sumatera
c.
Pulau jawa dan sumatera
d.
Salah semua
5. Bantuan dari pembenahan system irigasi di Indonesia dilakukan
oleh negara…
a.
Callifonia
b.
Jepang
c.
Korea
d.
Aceh
BAB VIII
INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
A.
Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Awal
konsep industrialisasiè Revolusi industri abad 18 di Inggris è Penemuan metode
baru dlm pemintalan dan penemuan kapas yg menciptakan spesialisasi produksi dan
peningkatan produktivitas factor produksi.
Industrialisasiè suatu proses
interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan
dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan
struktur ekonomi.
Industrialisasi
merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan
ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam
melimpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa
industrialisasi.
Tujuan
pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang
ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri
maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu :
1.
Meningkatkan penyerapan tenaga kerja
industri.
2.
Meningkatkan ekspor Indonesia dan
pember-dayaan pasar dalam negeri.
3.
Memberikan sumbangan pertumbuhan
yang berarti bagi perekonomian.
4.
Mendukung perkembangan sektor
infrastruktur.
5.
Meningkatkan kemampuan teknologi.
6.
Meningkatkan pendalaman struktur
industri dan diversifikasi produk.
7.
Meningkatkan penyebaran industri.
B.
Faktor-faktor Pendorong
Industrialisasi
1.
Kemampuan teknologi dan inovasi
2.
Laju pertumbuhan pendapatan nasional
per kapita
3.
Kondisi dan struktur awal ekonomi
dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti
baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan
mengalami proses industrialisasi lebih cepat
4.
Besar pangsa pasar DN yang
ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200
juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
5.
Ciri industrialisasi yaitu cara
pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan
dan insentif yang diberikan.
6.
Keberadaan SDA. Negara dengan SDA
yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi
7.
Kebijakan/strategi pemerintah
seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
C. Perkembangan
Sektor Industri Manufaktur Nasional
Perusahaan
manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara.
Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk
melihat perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini
dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja
industri secara keseluruhan.
Sejak
krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi
perekonomian nasional, perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum
memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan industri
nasional, khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot
ketimbang grafik peningkatannya.
Sebuah
hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga internasional
terhadap prospek industri manufaktur di berbagai negara memperlihatkan hasil
yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi obyek penelitian, posisi
industri manufaktur Indonesia berada di posisi terbawah bersama beberapa negara
Asia, seperti Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya saing produk industri
manufaktur Indonesia di pasar global, menempatkannya pada posisi yang sangat
rendah.
Industri
manufaktur masa depan adalah industri-industri yang mempunyai daya saing
tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia
(comparative advantage), seperti luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk
serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau
daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme sumber daya manusia
Indonesia (competitive advantage).
D. Permasalahan
Industrialisasi
Industri
manufaktur di LDCs lebih terbelakang dibandingkan di DCs, hal ini karena :
1.
Keterbatasan teknologi.
2.
Kualitas Sumber daya Manusia.
3.
Keterbatasan dana pemerintah (selalu
difisit) dan sektor swasta.
4.
Kerja sama antara pemerintah,
industri dan lembaga pendidikan & penelitian masih rendah.
E. Strategi
Pembangunan Sektor Industri
Startegi pelaksanaan
industrialisasi :
1.
Strategi substitusi impor (Inward
Looking).
Bertujuan
mengembangkan industri berorientasi domestic yang dapat menggantikan produk
impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah Korea & Taiwan.
Pertimbangan menggunakan strategi ini:
·
Sumber daya alam & Faktor
produksi cukup tersedia
·
Potensi permintaan dalam negeri
memadai
·
Sebagai pendorong perkembangan
industri manufaktur dalam negeri
·
Kesempatan kerja menjadi luas
·
Pengurangan ketergantungan impor, sehingga
defisit berkurang
2.
Strategi promosi ekspor (outward
Looking)
Beorientasi
ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang
memiliki keunggulan bersaing.
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
·
Pasar harus menciptakan sinyal harga
yang benar yang merefleksikan kelangkaan barang yang bisa baik pasar input
maupun output.
·
Tingkat proteksi impor harus rendah.
·
Nilai tukar harus realistis.
·
Ada insentif untuk peningkatan
ekspor.
SOAL DAN JAWABAN
1.
berikut
ini yang bukan merupakan factor – factor pendorong dari industrialisasi adalah…
a.
laju
pertumbuhan pendapatan nasional perkapital
b.
kemajuan
teknologi dan inovasi
c.
kerja sama antara pemerintah, industry dan lembaga pendidikan &
penelitian masih rendah
d.
kebijakan/strategi
pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industry orientasi
ekspor
2.
awal
konsep dari industrialisasi revolusi industry di inggris pada abad ke…
a.
15
b.
23
c.
10
d.
18
3.
Strategi dari
peaksanaan terbagi menjadi…
a.
2
b.
20
c.
200
d.
2000
4. Penopang utama perkembangan
indutri di sebuah Negara biasanya disebut…
a.
Perusahaan
jasa
b.
Perusahaan
dagang
c.
Perusahaan
campuran
d.
Perusahaan manufaktur
5. Industri manufaktur di LDCs lebih terbelakang dibandingkan
di DCs, hal ini karenakan 4 faktor ,
kecuali…
a.
Keterbatasan teknologi.
b.
Kualitas Sumber daya Manusia.
c.
Keterbatasan dana pemerintah (selalu
difisit) dan sektor swasta.
d.
Keterbatasan subsidi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar